KHOTBAH JUM'AT

Selasa, 28 Februari 2012

UQBAH SANG MUADZDZIN


CERITA PENDEK

Uqbah Sang Muadzdzin
(Ahmad Syafiul Anam,Lc)

          Uqbah menutup mushafnya setelah dibaca olehnya surat Al Waqi`ah. Menjadi kebiasaannya setiap habis Maghrib ia membaca surat Al Waqi`ah karena ia pernah mendengar ceramah salah seorang ustadz bahwa orang yang membaca surat Al Waqi`ah maka Allah akan memberikan kepadanya kemudahan dan tidak akan tertimpa kemiskinan.
          Setelah berdoa, ia bergegas menuju tempat wudhu karena sebentar lagi ia akan mengumandangkan adzan. Musholla itu berukuran sangat kecil dan hanya  menampung paling banyak lima puluh orang itupun dengan berdesak-desakan. Namun keadaan musholla itu sangat memprihatinkan. Setiap masuk waktu shalat tidak banyak warga kampung yang mau datang ke Musholla. Paling hanya dua atau tiga orang yang kelihatan berada di musholla. Musholla terletak di tengah-tengah sawah di sebuah kampung, dari arah depan Musholla terlihat tanah pemakaman yang luas. Di sekitar itu hanya ada beberapa rumah yang berjajar, sementara beberapa rumah penduduk kebanyakan terletak di belakang komplek pemakaman.
          “Allahu Akbar…..Allahu akbar” Uqbah mulai mengumandangkan adzan dengan suara yang lantang dan sangat merdu. Suaranya menggema dan terdengar indah.
          Sungguh tak ada yang lebih besar dan agung selain Allah, seluruh yang ada di dunia ini ada dalam genggaman Allah. Kelak semua manusia akan menghadap Allah dalam pengadilan. Semua kekayaan dan jabatan yang diraih manusia di dunia kecil nilainya dihadapan Allah. Semua mengakui kebesaran-Nya.
          “ Asyhadu Al laa ilaaha illallah” (aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah)..wahai manusia apakah kalian masih menuhankan jabatan, kekayaan, atau kecantikan. Ketahuilah bahwa semua itu tidak abadi. Mengapa kalian hanya mengejar kesemuanya itu dan melupakan bahwa kesemua itu adalah semu. Mengapa kalian tidak beramal untuk Dzat yang maha abadi.
          “Asyhadu anna Muhammadar Rasuulullaah” (Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah).. aku begitu merindukan Rasulullah, aku ingin menatap wajahnya sehingga terpancar cahaya yang menyejukkan hati setiap yang memandangnya. Ya allah, pertemukan aku dengan hamba yang paling Engkau kasihi, aku sangat merindukan dan mencintainya…
          “Hayya `alash sholaah” (Mari menunaikan shalat).. begitu banyak orang yang telah terlalaikan kenikmatan dunia. Karena kesenangan semu mereka mengejar harta dengan membabi buta bahkan sampai melupakan sholat. Ketika seseorang telah melalaikan shalat maka ia akan lebih melalaikan perintah-perintah Allah lainnya dan menyia-nyiakannya.
          “Hayya `alal falaah”  (Mari Menggapai keberuntungan)…kebahagiaan yang terindah adalah ketika seorang hamba mendapatkan ridho dari Allah SWT. Orang yang bahagia dan beruntung adalah orang yang selamat dari siksa neraka dan masuk ke dalam surga-Nya. Alangkah bahagianya jika kelak diriku dipertemukan oleh Allah dengan para hamba-Nya yang shaleh.
          “Allahu akbar..Allahu Akbar..Laa Ilaaha Illallah”
          Begitu indah dan merdu setiap untaian lafadz adzan yang dikumandangkan Uqbah. Satu demi satu kata makna adzan yang ia kumandangkan benar-benar telah meresap dalam hatinya. Sebuah energi yang luar biasa menembus hati Uqbah menimbulkan sebuah perasaan yang tak bisa ia tahan. Perasaan itu adalah sebuah “kerinduan” dan “cinta” yang mendalam kepada Allah dan Rasul-Nya. Benar, meski Uqbah seorang pemuda yang masih belia tapi ia selalu ingin mengabdikan dirinya kepada  Allah. Meski rumahnya satu kilometer dari musholla tapi suaranya selalu menggema setiap datang waktu shalat, menyentuh hati setiap orang yang masih mau mengingat-Nya.
          Pagi itu, kampung terasa sepi. Suara yang setiap pagi selalu mendayu indah berasal dari musholla kecil itu tak terdengar pagi itu. Hanya sesekali terdengar burung-burung yang dengan manjanya menari-nari dan berterbangan kesana kemari kegirangan.
          Pak Husni, salah seorang penduduk kampung sebelah yang kadang melewati mushalla itu berhenti sejenak di depan musholla. Biasanya dia mampir untuk sekedar wudhu atau untuk melaksanakan sholat sunnah dua rakaat. Ia meletakkan sepedanya di depan musholla.
          Setelah pak Husni berwudhu, ia berniat masuk ke dalam musholla. Tangannya mendorong pelan pintu musholla yang hanya berupa kayu jati yang sudah makin menua. Ia mengambil sajadah kemudian menghamparkannya. Saat itu hendak mengangkat tangannya untuk bertakbiratul ihram, matanya tiba-tiba tertuju pada seonggok tubuh yang sedang bersujud di mihrab imam. Pak Husni mengurungkan niatnya untuk shalat, ia mendekati sesosok tubuh itu.
          Seorang pemuda yang sedang bersujud itu diam tak bergerak, pak Husni menangkap wajah penuh senyum dari pemuda itu. Perlahan ia memegang tangan pemuda itu, dan ternyata sang pemuda itu telah tiada. Subhanallah, ia meninggal dan menghadap Allah dalam keadaan bersujud.
          Pak Husni memeriksa sebuah dompet yang terletak di dekat pemuda itu. Dari sebuah lembar KTP diketahui pemuda itu bernama Muhammad Uqbah Fatihuddin. Semoga Allah memberikan kedamaian kepadamu, Uqbahku sayang….Islam membutuhkan orang-orang  sepertimu.

Surakarta 1 Maret 2009
         
           

         

         

Tidak ada komentar:

Posting Komentar