KHOTBAH JUM'AT

Selasa, 28 Februari 2012

MERAIH MOMENTUM EMAS RAMADHAN



“Meraih Momentum Emas Ramadhan”
(Ahmad Syafiul Anam,Lc)

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita kenikmatan dapat bertemu kembali dengan bulan suci bulan, bulan penuh ampunan dan rahmat..bulan suci Ramadhan yang selalu dinantikan setiap jiwa yang tersimpan mutiara keimanan di hatinya, bulan yang di dalamnya terdapat satu malam yang lebih utama dan lebih baik dari seribu bulan..sungguh yang demikian adalah sebuah kenikmatan yang tak sepantasnya kita untuk tidak mensyukurinya.
Semoga shalawat dan salam tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad junjungan agung yang dihormati sahabatnya dan ditakuti para musuhnya, tidaklah seorang yang menolak tuntunannya kecuali ia akan sengsara ..
ketika datang bulan Ramadhan semua dari kita menyambutnya dengan senang dan gembira, pemandangan orang berduyun-duyun ke masjid, tadarus Al Qur`an marak, orang saling bersilaturrahim dan seterusnya sangat membahagiakan kita, namun hal itu sepertinya banyak yang tak bertahan lama, kalau kita melihat semangat tersebut tak bisa kita pertahankan terus menerus, bahkan ketika menjelang akhir Ramadhan orang-orang sudah disibukkan untuk mempersiapkan belanja baju baru, membuat kue lebaran dll, dimana hal ini akan mengganggu konsentrasi kita dalam beribadah.
Ramadhan menyimpan banyak hikmah, dan sudah saatnya kita raih momentum2 emas Ramadhan tersebut sehingga kita termasuk orang-orang yang beruntung di bulan Ramadhan ini, ibarat seorang yang mengikuti kejuaraan besar kita keluar sebagai pemenang2 Ramadhan yang layak mendapat piala.
Momentum2 itu adalah sebagai berikut:
1.Ramadhan sebagai bulan perubahan
       Orang yang beruntung adalah orang yang menjadi lebih baik dari sebelumnya, seandainya sekarang sama dengan yang kemarin kita dianggap rugi karena tak mengalami kemajuan. Dengan Ramadhan ini kita jadikan sebagai momentum kita untuk melakukan perubahan diri kita menjadi orang yang semakin dekat dan takwa kepada Allah, karena sebagaimana tujuan kita berpuasa adalah supaya kita setelah keluar dari bulan Ramadhan menjadi orang yang bertakwa sebagaimana termaktub dalam surat Al Baqarah ayat 183:

”Hai orang-orang yang beriman telah diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kalian semoga kalian menjadi orang-orang yang bertakwa”
          Marilah dengan Ramadhan ini kita selalu meningkatkan amaliah kita, misalkan seandainya sebelum bulan Ramadhan ada diantara kita yang masih saling bermusuhan maka pastikan dengan Ramadhan kita sambung kembali keakraban dan tali silaturrahim itu, kalau sebelum Ramadhan kita sering menyakiti tetangga maka mari kita jadikan momentum Ramadhan ini untuk saling memaafkan, kalau sebelum Ramadhan ini ada diantara kita yang belum bisa baca Al Qur`an maka pastikan bulan ini kita bisa membacanya. Sungguh seandainya masing2 kita selalu punya keinginan untuk berubah maka niscaqa kita akan menjadi orang-orang yang maju.

2.Ramadhan Sebagai bulan Ukhuwwah
       Allah sangat menyukai persaudaraan yang dijalin atas dasar jeimanan. Allah menyebutkan dalai Al Qur`an bahwa sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah bersaudara, ini menunjukkan bahwa tak ada ikatan yang lebih kuat yang bisa menjamin kebahagian seseorang kecuali jika ia menjaga ukhuwwah sesama yang didasarkan pada keimanan. Ketika Al Qur`an diturunkan Allah tidak mengatakan sesunggunya orang-orang Arab itu bersaudara padahal Al Qur`an turun dengan bahasa mereka, tapi Allah mengatakan “Orang-orang yang beriman”, ini artinya keimananlah jaminan mutu ukhuwwah yang sebenarnya. Ukhuwwah dalam islam tidak dilandaskan materi, tetapi didasarkan rasa kebersamaan dalam tauhid dan keimanan..
          Ukhuwwah yang didasarkan keimanan akan selalu terjaga hingga hari kiamat, hal inilah yang tak dimiliki ukhuwah yang didasarkan bukan pada keimanan. Orang yang ukhuwwahnya karena harta, maka ketika harta yang dijadikan sandaran habis dengan sendirinya akan berkurang ukhuwwah tersebut.
          Mari dengan Ramadhan ini kita jadikan momentum untuk menyatukan kembali persaudaraan kita.

3. Ramadhan Sebagai Bulan Untuk Meredam Syetan
       Ketika Ramadhan datang pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup dan syetan2 terbelenggu. Inilah kesempatan emas yang harus kita sambut, apakah kita tetap bisa menjaga diri kita dari godaan syetan selama Ramadhan dan bahkan pada bulan2 pasca Ramadhan? Semua kembali kepada kita…mari dengan Ramadhan kita jangan beri kesempatan satu helaan nafas dan satu detikpun syetan untuk merusak amal kita.
          Syetan memiliki langkah2 seribu untuk menggoda kita, seandainya kita selamat dari salah satu langkahnya maka ia akan menggunakan langkah lain untuk menggoda kita, dan untuk selamat dari godaannya tak ada jalan lain kecuali kita harus menutup semua pintu2 syetan.
          Diantara pintu yang paling mudah bagi syetan untuk memasukinya adalah saat kita kenyang, maka dengan berpuasa ini meski dalam keadaan lapar dan lemas kita sebenarnya telah berusaha menutup pintu syetan tersebut.
          Orang yang telah keluar dari Ramadhan, sementara ia masih menuhankan nafsunya maka sungguh celakalah ia, semoga kita termasuk orang2 yang diberi kemudahan untuk menolak muslihat syetan baik syetan yang berujud jin maupun manusia yang berjiwa syetan, naudzu billah.

4. Ramadhan Membikin Kita Jadi  Orang Yang Optimis
       Diantara yang membedakan antara orang kafir dan orang mukmin adalah kekuatan harapan mereka. Seorang mukmin pastilah seorang yang tak akan pernah menyerah dan putus asa, tapi ia akan selalu optimis dan memandang masa depan dengan pandangan positif.
          Berbeda dengan orang kafir, mereka mudah dicekam rasa gelisah ketika mereka menerima ujian. Bulan Ramadhan adalah momentum yang tepat kita untuk kembali memupuk rasa optimis itu, karena bulan tersebut selalu akan memberi kita harapan untuk selalu menuai keberkahan. Bulan Ramadhan jangan dijadikan alasan untuk meraih prestasi, tapi dengan Ramadhan kita tetap bersemangat dan optimis menghadapi romantika kehidupan yang kompleks seperti sekarang karena kita yakin bahwa Allah akan menolong setiap hamba-Nya yang beriman kepada-Nya dengan sepenuh hati. Ya Allah tunjukkan kepada kami jalanmu yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang Kau beri mereka kenikmatan yang tak bisa dilukiskan dengan kata, Ya Allah Kami adalah hama-Mu yang lemah, hanya kepada-Mu kami pasrah dan berserah diri..
(Jajar, 4 September 2008)
         
           
           



Tidak ada komentar:

Posting Komentar