KHOTBAH JUM'AT

Selasa, 27 Maret 2012

KUASA DAN KEHENDAK ALLAH DIATAS SEGALANYA


KUASA DAN KEHENDAK ALLAH DI ATAS SEGALANYA
( AHMAD SYAFIUL ANAM )
          Sungguh mengherankan melihat tingkah polah dari sebagian manusia yang merasa sok kuat, sok tahu segalanya sok pandai, sok hebat, sok pintar dan masih banyak sok-sok yang lain melekat pada mereka. Apakah mereka lupa bahwa mereka hanyalah seorang makhluk Allah yang diciptakan dari tanah liat, mereka adalah makhluk yang lemah tak berdaya berhadapan dengan keagungan Allah dan kemahakuasaan-Nya. Tidak ingatkah kita dengan sebuah ayat yang mendeskripsikan tentang begitu lemahnya manusia. “Allah hendak memberikan keringanan kepadamu. Dan manusia dijadikan bersifat lemah” ( QS An Nisa : 28 )
          Para mufassirin berbeda dalam memberikan tafsiran mengapa manusia disebut dalam ayat tersebut sebagai makhluk yang lemah.
          Diantara mereka mengatakan : Karena ia lemah dalam berpikir dan tidak mengetahui rahasia dan hikmah yang tersembunyi dibalik semua kejadian di dunia ini kecuali dengan nur (cahaya) Allah.
          Ada yang mengatakan :”Karena ia lemah dalam memperdaya nafsunya dan tidak konsisten dalam berbuat ketaatan”. Imam Hasan Al Basri mengatakan :”Karena ia lemah dalam fisiknya sehingga cepat mengeluh ketika tertimpa sebuah musibah yang kecil “.
          Sebuah kenyataan kita sering mendapati orang-orang yang merasa bahwa apa yang mereka miliki adalah segala-galanya.  Orang-orang yang memiliki harta yang berlimpah-limpah banyak merasa paling kaya, ia menyangka dengan  hartanya tersebut ia akan dapat melakukan apa saja, bahkan kalau seandainya surga bisa mereka tebus dengan apa yang mereka miliki di dunia akan mereka lakukan juga. Tidakkah mereka lupa dengan kisah Qarun, seorang bisnisman kaya di zaman bani Israil yang konon kunci gudangny a saja tidak mampu dipikul oleh orang-orang yang kuat saat itu, tapi apa yang terjadi? Kehendak Allah mengharuskan semua harta Qarun ditenggelamkan ke bumi dan tertelan untuk selamanya. Wahai orang kaya yang memiliki watak Qarun, tidakkah saatnya bagi kalian untuk merenung dan mengambil pelajaran dari peristiwa tersebut.
          Ada juga orang yang memiliki kekuasaan dan duduk dengan gaji yang besar dan fasilitas wah. Karena begitu empuknya ia merasakan enaknya berkuasa ia lupa dan enggan turun., bahkan dengan sombongnya ia mengatakan tak ada orang yang berhak untuk menggoyang kursinya. Mereka juga lupa bahwa kekuasaan dan jabatan hanyalah titipan dan amanah dari Allah yang apabila mereka bisa mengembannya dengan baik maka mereka termasuk orang yang bahagia di akhirat, tetapi apabila mereka menyia-nyiakan amanah dan justru mendzolimi rakyat justru kehinaan yang akan mereka terima di akhirat nanti. Tidakkah mereka malu dengan khalifah Umar bin Abdul Aziz ia justru menangis saat pertama ia diangkat sebagai khalifah. Ia menangis dan mengucapkan “Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Rajiun “.
          Tidakkah mereka mengambil pelajaran dari apa yang telah menimpa Fir’aun Musa, seorang raja Mesir yang diberi Allah kekuasaan yang luas dan tubuh yang perkasa sehingga ia memperbudak rakyatnya dan menganggap tak ada seorangpun yang bisa menggulingkan kekuasaannya. Bahkan dengan sombongnya ia mengatakan bahwa seluruh Mesir berada dibawah kekuasaannya, bahkan yang lebih fatal lagi saat ia memproklamasikan diri sebagai satu-satunya Tuhan tertinggi yang harus mereka sembah.
          “Dan Fir’aun berseru kepada kaumnya seraya berkata: Hai kaumku, bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan ( Bukankah ) sungai-sungai ini mengalir dibawahku, maka apakah kau tidak melihatnya?” (QS Zukhruf :51).
          “Maka dia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya) lalu berseru memanggil kaumnya (seraya) berkata:Akulah  Tuhanmu yang paling tinggi “ (QS An Naziat:23-24)
          Karena sikap takabbur yang dimiliki Fir’aun itulah hatinya keras dan tidak mau menerima kebenaran yang nyata yang dibawa Musa AS. Bahkan Fir’aun mengusir Musa dari tanah Mesir. Musa bersama orang-orang yang telah beriman dengan risalahnya segera melarikan diri dari tanah Mesir. Fir’aun tak berhenti begitu saja, ia segera mengerahkan seluruh komponen militernya untuk mengejar Musa dan para pengikutnya hingga kedua pasukan tersebut sama-sama menuju ke arah laut merah. Fir’aun sangat gembira karena sekarang Musa ada di depannya dan tidak ada jalan bagi Musa kecuali harus melewati lautan, dalam hati Fir’aun ia merasa yakin sekarang saatnya untuk membasmi Musa. Musa hanya pasrah  kepada Allah, beliau yakin apa yang ia lakukan tak akan sia-sia dan pastilah pertolongan Allah akan datang. Dan memang benar adanya disaat keadaan yang genting tersebut datanglah perintah Allah untuk memukul tongkatnya kelaut dan atas izin Allah, laut terbelah menjadi dua sehingga Musa dan pasukannya dapat menyeberang lautan. Sementara Fir’aun bersama pasukannya ketika melihat laut yang sudah terbelah itu segera sadar akan kekuasaan Allah yang melakukan itu semua. Mereka masih bernafsu untuk mengejar Musa dan pasukannya serta membasmi mereka dari muka bumi. Fir’aun sangat khawatir apabila Musa dibiarkan keluar dari Mesir, ia akan mengajak orang-orang untuk menyembah Tuhan Musa, kemudian ia akan mendapat dukungan orang-orang non Mesir yang pada akhirnya nanti mereka akan kembali ke Mesir untuk merebut kekuasaan dari tangan Fir’aun apalagi menurut tukang ramalnya bahwa kekuasaan Fir’aun akan terancam direbut oleh seorang dari bani Israil. Jadi pengejaran Musa tersebut selain dilandasi sifat congkak  Fir’aun yang mengaku Tuhan juga dikarenakan ambisi Fir’aun untuk tetap berkuasa dan trauma “Bani Israil Phobia” yang sedang menggelayut dalam otak Fir’aun.
          Tetapi sayangnya semua yang diimpikan  Fir’aun hancur  berkeping-keping, saat ia bersama pasukannya telah memasuki lautan yang telah terbelah, keajaiban kembali terjadi : Lautan kembali bertaut dan semua bala tentara Fir’aun serta Fir’aun sendiri tenggelam dan akhirnya mati semua secara tragis dalam kekafiran.
          Saat tenggelam itulah Fir’aun sadar  akan kebenaran ajaran Musa dan kebenaran Tuhan  Musa tapi semua sudah terlambat. Hal ini disebutkan dalam Al Qur’an:
Dan kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir'aun dan bala tentaranya, Karena hendak menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Fir'aun itu Telah hampir tenggelam berkatalah dia: "Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)".
 Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal Sesungguhnya kamu Telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan” ( QS Yunus 90-91) .
          Lihatlah bagaimana akhir dari nasib Fir’aun yang tragis itu. Kesombongan akhirnya tak berdaya menghadapapi Kuasa dan kehendak-Nya. Apakah setelah ini masih ada lagi orang yang sombong dan mengikngkari kebesaran-Nya?
          Bacalah juga apa yang telah dialami oleh pasukan gajah yang ingin merobohkan Baitullah (Ka’bah), apa yang mereka dapatkan? Kebinasaan dan kehinaan.
          Kejadian penyerbuan pasukan gajah terjadi pada tahun dimana Rasulullah dilahirkan. Ketika Habasyah meluaskan sayapnya ke semenanjung Arab, mereka berhasil juga menaklukkan negeri Yaman. Abrahah berhasil melakukan kudeta terhadap panglima Aryath dan inilah yang membuat marah raja Najasyi ( Raja Habasyah). Abrahah berusaha untuk menenangkan Najasyi dengan berjanji akan membangunkan sebuah gereja yang megah dengan bahan yang serba emas dan marmer yang bisa menyaingi Ka’bah dan dia akan memprovokasi orang-orang Arab untuk meninggalkan Ka’bah dan beralih ke gereja tersebut.
Dan akhirnya terbuktilah janji Abrahah, akhirnya sebuah gereja megah berdiri tinggi sehingga dari atas gereja tersebut kita bisa menyaksikan kota Adn. Dengan provokasi Abrahah membuat orang-orang Arab marah dan salah seorang dari bani  Malik bin Kinanah bersumpah akan mengotori gereja tersebut. Dan benarlah adanya ketika malam tiba ia menyelinap memasuki gereja dan memenuhi dinding gereja tersebut dengan kotoran.
Abrahah melihat hal ini merasa kebakaran jenggot dengan angkuhnya dia bersumpah akan menghancurkan Ka’bah. Akhirnya bersama seluruh pasukannya yang mengendarai gajah, Abrahah berangkat menuju ke Makkah. Sampai di Makkah ia merampas onta-onta Abdul Muthallib yang kebetulan sedang digembalakan. Kemudian Abdul Muthallib datang untuk meminta Abrahah. Simaklah percakapan antara Abrahah dengan Abdul Muthallib yang menggambarkan kepasrahan seorang Abdul Muthallib dan keangkuhan seorang Abrahah.
Abrahah:”Kami datang tidak untuk memerangi kalian tapi kami datang hanya untuk merobohkan Ka’bah, jika kalian menghalangiku akan aku perangi kalian, dan jika tidak aku tidak butuh darah kalian”
Abdul Muthallib:”Kami tak akan mampu melawan kalian, yang kami inginkan hanyalah meminta kembali onta-onta kami”.
Abrahah :”Apakah kalian berbicara kepada kami soal onta, sementara kalian membiarkan rumah (maksudnya Ka’bah) yang menjadi tempat ibadah kalian dan kakek-kakek kalian ( akan kami robohkan)?”
Lihatlah bagaimana Abdul Muthallib menjawab dengan jawaban yang cerdas dan menggambarkan kepasrahannya, ia berkata:”Adapun onta yang aku minta itu adalah milik saya, sementara Ka’bah adalah milik Tuhan dan pulalah yang akan menjaganya”.
Akhirnya Abrahah tetap bersikeras untuk meneruskan niatnya semula yaitu merobohkan Ka’bah. Ia sangat yakin dengan pasukan yang ribuan jumlahnya, dengan senjata canggih pada masa tersebut  serta dilengkapi dengan kendaraan gajah pasti akan meluluhlantakkan Ka’bah, tapi apa yang diinginkan Abrahah tidak sama dengan yang diinginkan Allah. Tahun penyerbuan Ka’bah tersebut bertepatan dengan tahun kelahiran Rasulullah SAW. Allah dengan kekuasaan-Nya mengirim pasukan burung Ababil yang melempari mereka dengan batu yang panas sehingga seluruh pasukan gajah akhirnya binasa.
Pada akhir abad ke 20 walikota Kobe (Jepang) dengan bangganya mengatakan bahwa pemerintah daerah Kobe telah berhasil membangun kota yang tahan gempa, tetapi hanya berselang waktu kota Kobe diluluhlantakkan oleh gempa yang dahsyat, tak ada yang bisa menyelamatkan Kobe dari gempa termasuk beton-beton yang dipasang untuk menangkal gempa.
Pasca Tsunami yang menimpa Aceh dan sebagian besar wilayah Asia Tenggara, Amerika Serikat dengan sombongnya menuduh negara-negara Asia tenggara tidak memiliki alat untuk mendeteksi akan terjadinya gempa. Tetapi tak lama setelah itu negara adikuasa tersebut tak mampu menghadapi bencana angin Catherine yang menyerang sebagian kota di Amerika.
Apa yang bisa kita ambil dari semua peristiwa diatas? Akhirnya kita menyadari bahwa segala kekuasaan hanya milik Allah. Tak ada seorangpun yang bisa mengalahkan apa yang dikehendaki oleh-Nya. Tak ada jalan lain bagi kita selain memperbanyak dzikir dan tasbih serta memperbanyak doa dan sujud kita, tunduk, pasrah serta merasakan begitu rendahnya kita dihadapan kemahabesaran-Nya

( PERNAH DIMUAT DI BULETIN AL FIKR SURAKARTA )






Tidak ada komentar:

Posting Komentar